PENGARUH MOUTH BREATHING TERHADAP MALOKLUSI PADA ANAK-ANAK USIA SEKOLAH DASAR: SEBUAH KAJIAN KEPUSTAKAAN

Abstrak
Latar Belakang: Mouth breathing atau pernapasan mulut adalah kebiasaan bernapas melalui mulut yang sering terjadi pada anak-anak. Kebiasaan ini dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti hipertrofi adenoid, deviasi septum, atau rinitis alergi. Mouth breathing yang berlangsung kronis selama masa pertumbuhan dapat memengaruhi perkembangan kraniofasial dan oklusi gigi.
Tujuan: Artikel ini bertujuan untuk meninjau secara sistematis bukti-bukti ilmiah mengenai pengaruh mouth breathing terhadap kejadian maloklusi pada anak-anak usia sekolah dasar.
Metode: Kajian ini merupakan studi literatur naratif yang mengumpulkan data dari jurnal-jurnal ilmiah dalam rentang tahun 2013–2023 melalui database PubMed, ScienceDirect, dan Google Scholar. Kata kunci yang digunakan meliputi “mouth breathing,” “malocclusion,” “children,” dan “school age.” Artikel yang memenuhi kriteria inklusi dianalisis dan disintesis secara kualitatif.
Hasil: Sebagian besar literatur menunjukkan bahwa mouth breathing berhubungan erat dengan pola maloklusi tertentu, seperti gigitan terbuka anterior (anterior open bite), overjet yang meningkat, serta perkembangan lengkung rahang yang menyempit (narrow maxillary arch). Selain itu, posisi lidah yang rendah dan tekanan otot perioral yang berubah juga menjadi faktor predisposisi maloklusi pada anak dengan kebiasaan mouth breathing.
Kesimpulan: Mouth breathing berperan signifikan dalam perkembangan maloklusi pada anak usia sekolah dasar. Deteksi dini dan manajemen interdisipliner diperlukan untuk mencegah gangguan oklusi yang menetap di masa dewasa.
Kata kunci: Mouth breathing, maloklusi, anak-anak, kebiasaan buruk, pertumbuhan kraniofasial


Pendahuluan
Pertumbuhan dan perkembangan wajah serta rahang anak sangat dipengaruhi oleh fungsi normal sistem stomatognatik, termasuk pola pernapasan. Pernapasan melalui mulut (mouth breathing) adalah kondisi patologis yang dapat berdampak negatif pada perkembangan kraniofasial, karena menggantikan pola pernapasan hidung yang fisiologis. Kondisi ini sering kali tidak disadari oleh orang tua dan dapat berlangsung selama bertahun-tahun tanpa penanganan.

Maloklusi, yaitu penyimpangan dari oklusi normal, sering dikaitkan dengan kebiasaan fungsional seperti mouth breathing, finger sucking, dan tongue thrusting. Anak-anak usia sekolah dasar berada dalam fase pertumbuhan aktif, sehingga gangguan pada periode ini dapat menyebabkan dampak jangka panjang. Oleh karena itu, penting untuk memahami hubungan antara mouth breathing dan maloklusi sebagai dasar untuk strategi pencegahan.


Metode
Kajian pustaka ini menggunakan pendekatan naratif dengan menelusuri artikel ilmiah melalui mesin pencarian elektronik seperti PubMed, ScienceDirect, dan Google Scholar. Kriteria inklusi meliputi:

  • Studi observasional atau tinjauan sistematis
  • Populasi anak-anak usia 6–12 tahun
  • Fokus pada hubungan antara mouth breathing dan maloklusi
  • Artikel dalam bahasa Inggris atau Indonesia
  • Diterbitkan antara tahun 2013–2023

Artikel dievaluasi berdasarkan metodologi, jumlah sampel, serta relevansi topik, dan dianalisis untuk mendapatkan sintesis data yang sistematis.


Hasil dan Pembahasan
Dari 21 artikel yang memenuhi kriteria, mayoritas menunjukkan hubungan signifikan antara mouth breathing dengan maloklusi. Beberapa temuan penting antara lain:

  1. Anterior Open Bite dan Overjet: Kebiasaan bernapas melalui mulut menyebabkan posisi lidah yang lebih rendah, yang mengurangi tekanan normal pada langit-langit dan menyebabkan pertumbuhan vertikal rahang atas berlebih serta open bite.
  2. Narrow Maxillary Arch: Mouth breathing berasosiasi dengan penyempitan transversal rahang atas, menyebabkan gigi anterior crowding dan crossbite posterior.
  3. Postur Kepala dan Leher: Perubahan postur kepala untuk memfasilitasi pernapasan juga memengaruhi posisi mandibula, memicu malposisi rahang bawah relatif terhadap rahang atas.
  4. Studi Longitudinal: Beberapa penelitian longitudinal menunjukkan bahwa intervensi dini, seperti adenoidektomi dan terapi myofungsional, dapat memperbaiki pola pertumbuhan wajah dan menurunkan risiko maloklusi.

Penelitian-penelitian tersebut menegaskan pentingnya evaluasi pernapasan sebagai bagian dari pemeriksaan ortodonti anak.


Kesimpulan
Mouth breathing merupakan faktor risiko yang signifikan dalam terjadinya maloklusi pada anak usia sekolah dasar. Pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan wajah sangat bergantung pada durasi dan tingkat keparahan gangguan pernapasan. Oleh karena itu, pendekatan interdisipliner antara dokter gigi, dokter THT, dan ortodontis sangat dibutuhkan untuk deteksi dini dan penanganan yang tepat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

situs toto slot gacor situs toto togel situs toto https://faculdadediplomata.edu.br/-/ https://www.pilgrimagetour.in/-/ situs toto slot gacor slot gacor situs toto situs toto slot gacor
slot gacor hari ini bento4d bento4d slot gacor hari ini situs slot gacor bento4d bento4d bento4d situs slot gacor situs resmi bento4d toto slot gacor toto slot gacor bento4d